Kita akan menuju Indonesia Emas pada 2045. Pada tahun itu, negeri ini akan merayakan hari jadinya keseratus tahun. Seabad sudah bangsa Indonesia berdiri dengan segala dinamikanya. Mulai dari perjuangan melepas belenggu dan cengkeraman kolonialisme pada 1945 saat awal negeri ini lahir, hingga 1949 Indonesia berhasil melawan agresi militer Belanda ke­dua.

Menuju 2045 bukan masa yang lama. Hanya dua dekade. Akan terasa cepat. Jalan dan kesuksesan menuju Indonesia Emas, salah satunya adalah melalui generasi muda yang menanggung beban penuh tantangan untuk membawa Indonesia tampil gemilang di hadapan negara-negara dunia.

Langkah mendasar menggapai tujuan itu adalah terlebih dahulu berkolaborasi, menguatkan niat dan idealisme untuk menuju capaian Indonesia Emas. Pemuda harus terus aktif terlibat dalam menguatkan gerakan mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa melalui gerakan pendidikan, dakwah, ekonomi, sosial budaya dan politik.

Dalam konteks pendidikan, misalnya melalui mobilisasi penguatan sumber daya manusia di semua sektor kehidupan. Termasuk, yang paling mendasar bagi umat Islam adalah gerakan pemberantasan buta aksara Al-Quran. Kitab suci ini berisikan aturan hidup yang sungguh mulia. Umat Islam harus bisa membacanya de­ngan benar seperti dituntunkan oleh Nabi SAW, kemudian memahaminya dengan benar, selanjutnya mengamalkannya dengan benar dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Sejak awal didirikan, ASFA Foundation didedikasikan menjadi lembaga untuk membantu percepatan SDM unggul, kemanusiaan dan perdamaian. Misalnya, melalui pemberian beasiswa kepada ge­nerasi muda penerus bangsa, santunan untuk fakir miskin dan program-program kemanusiaan lainnya.

Program beasiswa ti­dak sekadar untuk individu si penerima, tapi juga memperkuat lembaga pendidikan yang pada akhirnya memperkuat bangsa Indonesia. Para penerima beasiswa mendapatkan bantuan pembiayaan pendidikan selama menempuh studi. Mereka berkomitmen untuk belajar dengan sungguh-sungguh, meningkatkan keimanan dan keindonesiaan, sehingga menjadi insan yang beragama, berakhlak mulia dan cinta Indonesia.

Mereka harus kembali ke lembaga pendidikan asal, disana mereka menyampaikan hasil penjelajahan in­telek­tualnya kepada santri, pelajar, mahasiswa dan masyarakatnya melalui berbagai kegiatan dak­wah sosial. Para Duta ASFA diharuskan mengembangkan lembaga pendidikan asal agar semakin banyak memberikan manfaat kepada khalayak.

Dengan begitu, para penerima beasiswa ber­kontribusi dan berperan strategis menyiapkan Indonesia Emas 2045, proaktif membangun bangsa, dan meneruskan cita-cita pendiri bangsa untuk menjadi unggul di kancah dunia.

Lembaga pendidikan Islam harus diperkuat bukan sekadar sarana dan prasarana infrastruktur, tapi juga SDM. Dengan SDM berkualitas, lembaga pendidikan akan berjalan optimal, pendidikan dan pengajarannya menjadi bermutu, dakwahnya membuka peluang usaha, meningkatkan kualitas hidup dan membangun nilai luhur dalam kehidupan masyarakat. Lembaga tersebut juga akan melahirkan insan-insan unggul yang membawa bangsa ini semakin berdaya saing.

Indonesia membutuhkan rekayasa strategis mempercepat dan memperbanyak SDM ber­kualitas. Mereka harus disiapkan untuk menekuni berbagai bidang keilmuan, seperti keislaman dan sains dan bidang-bidang keilmuan lainnya. Mereka harus ditempa di lembaga pendidikan berkualitas mulai tingkatan lokal hingga internasional, baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagaimana dahulu para pejuang dan pembangun bangsa lahir dari rahim lembaga pen­didikan Islam. Di antaranya adalah HOS Cokro­aminoto [1882-1934] yang merupakan jebolan Pesantren Tegalsari Ponorogo, K.H. Ahmad Dah­lan [1868-1923] merupakan alumni pesantren yang diasuh K.H. Sholeh Darat [abad ke-19] Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari [1871-1947] merupakan lulusan sejumlah pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bung Karno mendapatkan penguatan tentang ke­islaman dan ke­bangsaan dari sejumlah lembaga pendidikan Islam yang dikelola Muhammadiyah pada 1930 di Bengkulu. Masih banyak lagi tokoh pendiri dan pembangun bangsa yang m­erupakan jebolan lembaga pendidikan Islam.

Dalam siklus suatu peradaban, ada suatu masa kejayaan, masa itu ditandai dengan kon­disi demografi yang tidak biasa. Jumlah penduduk usia muda akan berlimpah, mereka adalah orang-orang berusia produktif usia 30an tahun. Mereka harus ber­ilmu, terampil, dan berakhlak bagus, karena akan menjadi nahkoda bangsa Indonesia pada saatnya.

Masa itu hanya terjadi sekali, tidak akan terulang. Jika masa-masa itu hanya disiapkan se­adanya dan generasi muda dibiarkan tumbuh seadanya, tanpa ada rekayasa strategis untuk menciptakan SDM berkualitas, maka waktu kejayaan itu akan hilang begitu saja, dan bangsa ini akan kehilangan momentum emasnya untuk bangkit dan menjadi unggul.

Proses ini tidak bisa dilakukan sendiri, ASFA adalah bagian dari proses panjang mewu­judkan SDM unggul bangsa Indonesia. Perlu kolaborasi, sinergi dan kerjasama saling menguatkan dari berbagai pihak untuk mendukung atau mewujudkan harapan besar bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang maju dan dihormati oleh bangsa-bangsa lainnya.

Assalam Fil Alamin (ASFA) Foundation berkomitmen untuk melahirkan SDM berkualitas guna membangun bangsa. Proses ini meru­pakan upaya strategis menguatkan komitmen menjadikan Indonesia unggul di mata dunia.

Kepercayaan dan dukungan penuh Ketua Dewan Pembina ASFA Foundation H. Samsuddin Andi Arsyad kepada kami menjadi engine yang besar dan kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ASFA Foundation dalam majukan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan maju menuju Indonesia Emas tahun 2045, yang dilakukan melalui berbagai program antara lain: pendidikan, kemanusiaan dan perdamaian dengan terus berkomitmen pada nilai nilai kebangsaan yang kuat dan pandangan Islam yang moderat (wasatiyyat).